Selasa, 08 September 2009

Bahan Bakar dari Air Laut

Angkatan laut Amerika Serikat tengah melakukan eksperimen mengubah air laut menjadi bahan bakar jet. Ahli kimia AL berusaha memproses air laut menjadi hydrocarbon, setelah itu dimurnikan dan diolah kembali menjadi bahan bakar jet.

Namun para ilmuan itu harus menemukan sumber energi yang bersih untuk menghasilkan produk akhir berupa karbon netral. Proses ini meliputi pemisahan Karbon dioksida dari air dan mencampurnya dengan hidrogen. Proses pemisahan molekul air ini dilakukan dengan tenaga listrik, hingga akhirnya akan terbentuk bahan bakar hydrocarbon.

Ahli Kimia AL Amerika Serikat, Robert Dorner mengatakan, pemanfaatan CO2 ini berkaitan dengan upaya mengurangi pemanasan global. Dia menambahkan, para ahli kimia tengah berusaha memisahkan CO2 dari gas methan sehingga bisa menghasilkan lebih banyak lagi hydrocarbon.

Tapi untuk menghasilkan bahan bakar jet yang lebih ramah lingkungan perlu proses yang panjang dan justru membutuhkan energi yang lebih besar, belum lagi dana yang cukup banyak untuk melakukan percobaan. Sepertinya masih butuh waktu lama untuk mewujudkan hal ini.

Pengembangan Energi Terbarukan Masih Banyak Kendala

Anggapan bahwa Indonesia kaya energi konvensial macam batu bara, minyak dan gas perlu dikoreksi lagi. Hal ini disampaikan Koordinator Working Group on Power Sector Restructuring, Fabby Tumiwa dalam diskusi dengan Green Radio.

Menurut Fabby, data soal energi yang dimiliki pemerintah adalah data tahun 80-an dan tidak pernah diperbaharui atau diverifikasi. Selain itu semua potensi energi itu tidak semuanya bisa dimanfaatkan. Fabby mencontohkan, untuk energi panas bumi, Indonesia punya potensi hingga mencapai 27 gigawatt. Sayangnya letak energi panas bumi itu terpencar di sejumlah wilayah dan tidak semuanya dapat dimanfaatkan.

Ketika ditanya soal energi terbarukan, Fabby Tumiwa mengatakan, untuk mengandalkan mikrohidro terkendala dengan daerah aliran sungai, DAS yang rusak dan kritis.

“Kerusakan ini hampir terjadi di seluruh Jawa, dan sebagian Sumatera. Yang agak baik ada di Papua,” kata Fabby.

Sementara untuk potensi angin belum bisa diandalkan karena di negeri tropis kekuatan angin tidak begitu kencang. Di Indonesia baru bisa dikembangkan di daerah timur, yang lumayan berangin. Untuk pemanfaatan energi matahari masih terkendala dengan teknologi yang belum efisien dan relatif mahal.
google918401c9860b4077.html