JAKARTA : Tahun ini, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan pembuatan prototipe mesin destilasi aren dengan kapasitas 200 liter/hari. Aren yang sebagian besar dikonsumsi dalam berbagai bentuk produk pangan dan minuman ini, berpotensi diolah menjadi ethanol (bahan bakar terbarukan).
“Mesin destilasi ini memiliki kemampuan operasional hingga 24 jam. Harganya cukup murah sekitar Rp 15 juta rupiah. Namun, jika dilengkapi dengan fasilitas evaporator untuk uapkan ethanol yang mampu tahan lama, bisa mencapai Rp 20 juta,” ujar Dr Arief Budiarto, peneliti Balai Etahonol BPPT Lampung saat dihubungi melalui telepon beberapa waktu lalu.
Sedangkan desain bangunan yang diperuntukkan untuk pengolahan aren, kata Arief, tergantung masing-masing kebutuhan pengusaha aren tersebut. “Semakin dekat lokasi perkebunan, maka nilai energi yang dihasilkan bisa lebih murah,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Hari Purwanto, Asisten Deputi Program Tekno Ekonomi Kementerian Negara Riset dan Teknologi, prospek aren sebagai bahan bakar terbarukan sangat baik. “Nira aren sebagai sumber energi terbarukan masuk buku putih Ristek untuk program 2010-2015,” ujarnya.
Perkebunan aren tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Minahasa (Sulawesi Utara), Rejanglebong (Bengkulu), serta di Jawa Timur. “Sebagian diolah sebagai minuman keras, bahkan di Jawa Timur, pohonnya ditebangi untuk dibuat campuran produk bihun,” ujarnya.
Dibanding singkong, nilai energi dalam bentuk ethanol yang dihasilkan dari aren, kata Hari Purwanto, jauh lebih rendah. “ Satu hektar singkong hanya mampu memproduksi 4500 liter etahanol. Sedangkan, dari aren bisa menghasilkan 56 ton ethanol,” ujarnya.
Ethanol (Ethyl Alkohol) dengan rumus molekul adalah C2H5-OH sudah dikategorikan sebagai energi komersial. Saat ini, Brasil tercatat sebagai produsen ethanol terbesar dunia.
Perusahaan-perusahaan otomotif kini, bahkan sudah memproduksi mobil dengan bahan bakar ethanol, seperti Volkwagen AG. Mesin yang bisa memproses bahan bakar ethanol disebut Flex-Fuel, namun mesin yang menggunakan bahan bakar biasa (minimal nilai Octan 90) juga dapat dikonversi dengan bioethanol, dengan campuran premium 80% – 90%.
Campuran tersebut dapat meningkatkan nilai octan yang lebih tinggi sehingga dapat dikategorikan bahan bakar bersih lingkungan. Untuk premium, perkiraan nilai octan 88 ditambah ethanol 10% – 20% (dengan nilai octan 129) sehingga dapat menghasilkan nilai octan sekitar 91 – 93.
Sebuah perusahaan di Brasil, bahkan telah memperkenalkan pesawat terbang kecil EMB 202, yang merupakan pesawat terbang pertama di dunia menggunakan bahan bakar ethanol (Alcohol), dan saat ini lebih dari 300 pesawat terbang kecil di Brasil telah memakai ethanol sebagai bahan bakar yang terbuat dari tebu.
Ethanol saat ini berasal dari beberapa sumber, Brasil dari tebu, Amerika Serikat dari Jagung, sedangkan di Indonesia umumnya berasal dari tebu, sorghum, termasuk singkong. (Lea)
Sumber: http://www.technologyindonesia.com/02 Januari 2008
mana gambar destilatornya Pak?
BalasHapus