Edy Gunarta (35) meraih Citi Micro-Entrepreneurship Award (CMA) 2008 bagi pengusaha kecil yang diselenggarakan oleh Citi Peka sebagai penyandang dana dan UKM Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Perajin briket dari Bantul, Yogyakarta dan pengusaha makanan, pestisida dan pupuk organik ini meraih penghargaan untuk kategori kerajinan.
Edy memulai usaha kerajinan briket yang terbuat dari kulit kacang dan batang jagung dengan modal Rp 1,5 juta. Baru satu tahun merintis usaha, kini Edy telah menjangkau pasar di daerah Yogyakarta, dan sekitarnya. Dia mengandalkan promosi briket seharga Rp 2.500 per kilogram ini melalui media yang kerap bertandang ke rumahnya.
Awalnya kulit kacang dijual dengan harga yang minim sekali. Lalu pada awal 2007 Edi berinisiatif mencari cara agar kulit kacang tersebut ada nilai nominalnya.
Edi mengatakan, ide ini muncul dari pengalaman rumah tangganya yang bermula menggunakan serbuk gergaji, lalu dia mencoba mencari cara lain yaitu menggunakan kulit kacang tanah. Didukung oleh Pemerintah Desa yaitu Usaha Unit Desa yang mengadakan pelatihan-pelatihan, ia semakin mendalami potensi ini.
Edi mendapatkan pasokan kulit kacang tanah dari petani dalam bentuk kulit kacang tanah yang kering. Untuk bijinya langsung diolah ke tingkat yang lebih tinggi, dan kulitnya dibuat bahan baku briket.
Untuk perekatnya, Edi menggunakan tepung tapioka dengan perbandingan 1 : 10. Diawali proses pengarangan, lalu kulit ditepung, digiling menjadi serbuk, lalu dicampur dengan adonan, dan proses terakhir adalah dipres sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Menurut Edi, keistimewaan menggunakan briket ini adalah jelaga rumah tangga tidak hitam tapi putih, praktis, mudah dipindah ke mana-mana, lebih murah daripada briket batubara. Untuk memasak 2 liter air dengan durasi masak 11-12 menit, lebih cepat 2-3 menit dengan minyak tanah atau arang biasa.
Untuk pasokan kulit kacang, Edi mempunyai dua titik penggilingan dan di wiliyah Bantul ada lima titik penggilingan untuk pengupasan kacang tanah. Limbah penggilingannya bisa dijadikan bahan baku briket.
Untuk tenaga kerjanya, Edi mempekerjakan pemuda-pemuda dari daerah sekitarnya yang sudah putus sekolah ataupun pengangguran. Ia menjadikan mereka sebagai relasi untuk dapat bekerja sama. Tujuannya untuk meningkatkan sumber daya manusia sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Sungguh suatu ide yang cemerlang.
Edy memulai usaha kerajinan briket yang terbuat dari kulit kacang dan batang jagung dengan modal Rp 1,5 juta. Baru satu tahun merintis usaha, kini Edy telah menjangkau pasar di daerah Yogyakarta, dan sekitarnya. Dia mengandalkan promosi briket seharga Rp 2.500 per kilogram ini melalui media yang kerap bertandang ke rumahnya.
Awalnya kulit kacang dijual dengan harga yang minim sekali. Lalu pada awal 2007 Edi berinisiatif mencari cara agar kulit kacang tersebut ada nilai nominalnya.
Edi mengatakan, ide ini muncul dari pengalaman rumah tangganya yang bermula menggunakan serbuk gergaji, lalu dia mencoba mencari cara lain yaitu menggunakan kulit kacang tanah. Didukung oleh Pemerintah Desa yaitu Usaha Unit Desa yang mengadakan pelatihan-pelatihan, ia semakin mendalami potensi ini.
Edi mendapatkan pasokan kulit kacang tanah dari petani dalam bentuk kulit kacang tanah yang kering. Untuk bijinya langsung diolah ke tingkat yang lebih tinggi, dan kulitnya dibuat bahan baku briket.
Untuk perekatnya, Edi menggunakan tepung tapioka dengan perbandingan 1 : 10. Diawali proses pengarangan, lalu kulit ditepung, digiling menjadi serbuk, lalu dicampur dengan adonan, dan proses terakhir adalah dipres sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Menurut Edi, keistimewaan menggunakan briket ini adalah jelaga rumah tangga tidak hitam tapi putih, praktis, mudah dipindah ke mana-mana, lebih murah daripada briket batubara. Untuk memasak 2 liter air dengan durasi masak 11-12 menit, lebih cepat 2-3 menit dengan minyak tanah atau arang biasa.
Untuk pasokan kulit kacang, Edi mempunyai dua titik penggilingan dan di wiliyah Bantul ada lima titik penggilingan untuk pengupasan kacang tanah. Limbah penggilingannya bisa dijadikan bahan baku briket.
Untuk tenaga kerjanya, Edi mempekerjakan pemuda-pemuda dari daerah sekitarnya yang sudah putus sekolah ataupun pengangguran. Ia menjadikan mereka sebagai relasi untuk dapat bekerja sama. Tujuannya untuk meningkatkan sumber daya manusia sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Sungguh suatu ide yang cemerlang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar