Anda pasti pernah mengalami saluran kloset yang tiba-tiba mampat. Satu-satunya cara mengatasi adalah memanggil mobil penyedot WC. Jika kejadian ini terus berulang, Anda harus menyiapkan uang lebih untuk mengatasinya. Kenapa tidak mencoba menggunakan bakteri perut sapi.
Ya, bakteri ini terbukti ampuh mengurai limbah yang menyebabkan septic tank tersumbat. Cara ini sudah dikembangkan oleh Soelaiman Budi Sunarto sejak beberapa tahun lalu.
Bakteri pengurai
Menurut Soelaiman, bakteri bersumber dari rumen, kotoran dari sisa makanan yang ada dalam perut sapi. Rumen itu diambil dengan cara dioperasi. Operasi dilakukan dengan membuat lubang seukuran 10 jari di antara pangkal paha belakang dengan lambung. Lubang itu kemudian ditutup dengan semacam karet. Kalau rumen mau diambil, penutupnya tinggal dibuka saja, kata Soelaiman.
“Sapinya tetap hidup, tidak mengurangi harkat hidup dia. Bisa beranak, bisa menyusui,” tambahnya.
Pria yang mendapat Agrobisnis Award 2004 dari Menteri Pertanian Anton Apriantono ini menambahkan, rumen yang diambil ini akan tergantikan dengan makanan yang masuk. Sehingga tidak berdampak apa pun bagi sapi.
Rumen itu kemudian diperas. Air hasil perasan, sekitar 3 liter, dicampur dengan sekam dari tapioka dan bekatul yang sudah digiling lembut dan kering. Campuran itu ditutup dan didiamkan selama satu hari. Dari campuran itu lah akan muncul bakteri pengurai. Bahan itu kemudian dikeringkan dan disimpan dalam tempat tertutup.
“Bahan yang sudah dikeringkan ini diambil saja dua sendok. Dicampur satu liter air, diaduk. Kemudian disiram langsung ke kloset. Jika wastafel mampat oleh tulang ayam atau tulang ikan, dimasukin bahan ini, dimakan oleh berjuta-juta bakteri, maka langsung lancarlah airnya. Jadi diurai oleh bakteri itu,” papar Soelaiman.
Ia menjamin bakteri ini tidak berdampak pada lingkungan. Pasalnya, bakteri ini anaerob, yang langsung mati bila terkena matahari atau udara. bakteri ini mampu membersihkan kotoran organik dalam waktu 24 jam. Bukan cuma tulang yang dimakan bakteri ini, tapi juga rambut manusia yang nyangkut di kloset.
“Tissue dan kain juga adalah bahan organik. Dia diproses dari benang, dari kapas sehingga juga bisa diurai oleh bakteri ini. Bakteri ini juga tidak membuat benda-benda berkarat,” tegasnya.
Soelaiman sengaja memilih sapi karena hewan ini sangat jinak sehingga bisa mempermudah pengambilan rumen. Badan sapi yang besar juga memudahkan Soelaiman melakukan operasi.
Peluang bisnis
Produk itu sudah lolos uji laboratorium teknologi bioindustri, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Soelaiman memberi nama produknya ini biojoos dan sudah dipasarkan hingga Papua. Dalam sebulan ia memproduksi 2000 pak. Tiap pak harganya sekitar 10 ribu rupiah.
Biojoos tidak hanya digunakan untuk mengurai limbah di saluran pembuangan, tapi juga untuk menghilangkan bau.
Menurut Soelaiman, usaha bakteri pengurai itu bisa menjadi tambahan pemasukan bagi pemelihara sapi lainnya. Ia sendiri membuka pelatihan pembiakan bakteri pengurai tersebut.
“Memang operasinya tidak bisa diperaktikan oleh semua peternak sapi, karena pada umumnya mereka riskan, jangan-jangan sapi saya mati, padahal hargany sapi 10 juta. Untuk itulah saya siap memberi pelatihan.”
Ia menambahkan, sudah banyak peternak dari dalam dan luar negeri yang datang ke pusat pelatihan di Agro Makmur, Jl. Joko Songo No. 33 Doplang Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah
Sumber:http://www.greenradio.fm/technology/energy/bio-energy/5913-bebas-mampat-dengan-bakteri-perut-sapi-
Ya, bakteri ini terbukti ampuh mengurai limbah yang menyebabkan septic tank tersumbat. Cara ini sudah dikembangkan oleh Soelaiman Budi Sunarto sejak beberapa tahun lalu.
Bakteri pengurai
Menurut Soelaiman, bakteri bersumber dari rumen, kotoran dari sisa makanan yang ada dalam perut sapi. Rumen itu diambil dengan cara dioperasi. Operasi dilakukan dengan membuat lubang seukuran 10 jari di antara pangkal paha belakang dengan lambung. Lubang itu kemudian ditutup dengan semacam karet. Kalau rumen mau diambil, penutupnya tinggal dibuka saja, kata Soelaiman.
“Sapinya tetap hidup, tidak mengurangi harkat hidup dia. Bisa beranak, bisa menyusui,” tambahnya.
Pria yang mendapat Agrobisnis Award 2004 dari Menteri Pertanian Anton Apriantono ini menambahkan, rumen yang diambil ini akan tergantikan dengan makanan yang masuk. Sehingga tidak berdampak apa pun bagi sapi.
Rumen itu kemudian diperas. Air hasil perasan, sekitar 3 liter, dicampur dengan sekam dari tapioka dan bekatul yang sudah digiling lembut dan kering. Campuran itu ditutup dan didiamkan selama satu hari. Dari campuran itu lah akan muncul bakteri pengurai. Bahan itu kemudian dikeringkan dan disimpan dalam tempat tertutup.
“Bahan yang sudah dikeringkan ini diambil saja dua sendok. Dicampur satu liter air, diaduk. Kemudian disiram langsung ke kloset. Jika wastafel mampat oleh tulang ayam atau tulang ikan, dimasukin bahan ini, dimakan oleh berjuta-juta bakteri, maka langsung lancarlah airnya. Jadi diurai oleh bakteri itu,” papar Soelaiman.
Ia menjamin bakteri ini tidak berdampak pada lingkungan. Pasalnya, bakteri ini anaerob, yang langsung mati bila terkena matahari atau udara. bakteri ini mampu membersihkan kotoran organik dalam waktu 24 jam. Bukan cuma tulang yang dimakan bakteri ini, tapi juga rambut manusia yang nyangkut di kloset.
“Tissue dan kain juga adalah bahan organik. Dia diproses dari benang, dari kapas sehingga juga bisa diurai oleh bakteri ini. Bakteri ini juga tidak membuat benda-benda berkarat,” tegasnya.
Soelaiman sengaja memilih sapi karena hewan ini sangat jinak sehingga bisa mempermudah pengambilan rumen. Badan sapi yang besar juga memudahkan Soelaiman melakukan operasi.
Peluang bisnis
Produk itu sudah lolos uji laboratorium teknologi bioindustri, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Soelaiman memberi nama produknya ini biojoos dan sudah dipasarkan hingga Papua. Dalam sebulan ia memproduksi 2000 pak. Tiap pak harganya sekitar 10 ribu rupiah.
Biojoos tidak hanya digunakan untuk mengurai limbah di saluran pembuangan, tapi juga untuk menghilangkan bau.
Menurut Soelaiman, usaha bakteri pengurai itu bisa menjadi tambahan pemasukan bagi pemelihara sapi lainnya. Ia sendiri membuka pelatihan pembiakan bakteri pengurai tersebut.
“Memang operasinya tidak bisa diperaktikan oleh semua peternak sapi, karena pada umumnya mereka riskan, jangan-jangan sapi saya mati, padahal hargany sapi 10 juta. Untuk itulah saya siap memberi pelatihan.”
Ia menambahkan, sudah banyak peternak dari dalam dan luar negeri yang datang ke pusat pelatihan di Agro Makmur, Jl. Joko Songo No. 33 Doplang Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah
Sumber:http://www.greenradio.fm/technology/energy/bio-energy/5913-bebas-mampat-dengan-bakteri-perut-sapi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar