Warga desa Nguntoronadi, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur menemukan listrik yang berasal dari buah blimbing wuluh. Penemunya adalah Sunarto. Dia mampu menciptakan tenaga listrik yang berasal dari blimbing wuluh.
Sebanyak satu kilogram buah belimbing wuluh yang baru dipetik Sunarto, dimasukkan ke blender. Lalu, Sunarto menghancurkan belimbing itu dengan blender hingga menjadi lembut dan berair. Setelahnya, belimbing disaring untuk mendapatkan air sarinya saja. Untuk apa? Sebagai bahan baku tenaga listrik.
Ya, Sunarto sedang membuat energi listrik dengan bahan baku utama belimbing wuluh. Caranya, cukup sederhana. Sari blimbing wuluh dicampur dengan tanah, yang diletakkan di dalam wadah bekas gelas air mineral, yang sudah diberi penghantar listrik. Maka, energi listrik siap digunakan.
“Diambil sarinya. Ini untuk menghindari bau yang yang ditimbulkan dari proses pembusukannya blimbing wuluh. Yang ke dua kita menyediakan gelas mineral bekas, yang nantinya akan digunakan untuk mengisi sel-sel, yaitu diisi dengan campuran antara tanah dan blimbing wuluh.”
Untuk penghantar listriknya berupa seng dan tembaga. Sunarto merangkainya sedemikian rupa, hingga untuk satu sel atau campuran satu gelas mineral, bisa menghasilkan 0,5 volt. Jadi untuk pemakaian lampu kecil misalnya, yang membutuhkan 2 Volt aliran listrik, maka tinggal dibagi saja, menjadi 4 gelas sel.
“Blimbing wuluh itu mengandung asam. Lha asamnya ini yang yang nantinya akan berelektrolisa dengan antara seng dan tembaga tadi,” tambah Sunarto.
Sebenarnya, ide membuat listrik dari belimbing wuluh ini, bermula dari kegerahan Sunarto akan tarif dasar listrik yang terus merangkak naik. Selain itu, banyaknya belimbing wuluh di sekitar rumahnya, juga menjadi salah satu alasan lainnya.
Listrik dari belimbing wuluh, saat ini sudah dinikmati oleh beberapa tetangga Sunarto. Salah satunya adalah Suprihatin. Rumah Suprihatin yang letaknya tepat di sebelah kiri rumah Sunarto ini, sudah dipasok listrik dari belimbing wuluh sejak Maret lalu.
“Waktu itu kan ada pengumuman ya, dasar tarif listrik akan naik. Tentu kami dari warga begini akan resah. Nah, ternyata dengan penemuannya pak Narto dapat membantu sekali, dapat meringankan beban khususnya bagi kami yang berada di pedesaan. Dan saya lihat juga, bahan bakunya kan mudah,” ujar Suprihatin.
Selain murah bahan bakunya, perawatannya pun juga gampang. Cukup memasukkan sari belimbing yang baru dijus ke masing-masing sel. Untuk sekali isi, listrik mampu bertahan hingga sebulan lamanya. Suprihatin sendiri, menggunakan listrik belimbing wuluh ini untuk lampu panjer, radio, dan jam dinding.
Jika seorang Sunarto saja sudah berupaya untuk mengatasi masalah kurangnya pasokan listrik yang terjadi di banyak tempat di nusantara ini? Bagaimana dengan pemerintah setempat? Jubir pemkab Magetan Saif Muchlisun mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan pengkajian terhadap produk Sunarto tersebut.
“Saat ini masih melakukan pengkajian, penelitian, juga pemanfaatan dari teknologi tepat guna tersebut. Apakah itu nanti bisa kita kembangkan lebih lanjut, syukur-syukur kalau nanti tetep kita bisa memanfaatkan penemuan yang penemuan dari warga asli Magetan itu. Untuk kita jadikan sebagai teknologi tepat guna, dalam rangka mengatasi kekurangan energi kita. Jadi ada salah satu solusi, tinggal sekarang mengembangkan.”
Listrik belimbing wuluh ini, memang sangat membantu. Namun, kemasan yang cukup banyak memakan tempat dan sulit untuk dibawa ke mana-mana, menjadi kelemahan yang perlu segera dicari solusinya. Seperti radio misalnya, Sunarto memerlukan 60 gelas atau 60 sel untuk bisa menyalakannya
Sebanyak satu kilogram buah belimbing wuluh yang baru dipetik Sunarto, dimasukkan ke blender. Lalu, Sunarto menghancurkan belimbing itu dengan blender hingga menjadi lembut dan berair. Setelahnya, belimbing disaring untuk mendapatkan air sarinya saja. Untuk apa? Sebagai bahan baku tenaga listrik.
Ya, Sunarto sedang membuat energi listrik dengan bahan baku utama belimbing wuluh. Caranya, cukup sederhana. Sari blimbing wuluh dicampur dengan tanah, yang diletakkan di dalam wadah bekas gelas air mineral, yang sudah diberi penghantar listrik. Maka, energi listrik siap digunakan.
“Diambil sarinya. Ini untuk menghindari bau yang yang ditimbulkan dari proses pembusukannya blimbing wuluh. Yang ke dua kita menyediakan gelas mineral bekas, yang nantinya akan digunakan untuk mengisi sel-sel, yaitu diisi dengan campuran antara tanah dan blimbing wuluh.”
Untuk penghantar listriknya berupa seng dan tembaga. Sunarto merangkainya sedemikian rupa, hingga untuk satu sel atau campuran satu gelas mineral, bisa menghasilkan 0,5 volt. Jadi untuk pemakaian lampu kecil misalnya, yang membutuhkan 2 Volt aliran listrik, maka tinggal dibagi saja, menjadi 4 gelas sel.
“Blimbing wuluh itu mengandung asam. Lha asamnya ini yang yang nantinya akan berelektrolisa dengan antara seng dan tembaga tadi,” tambah Sunarto.
Sebenarnya, ide membuat listrik dari belimbing wuluh ini, bermula dari kegerahan Sunarto akan tarif dasar listrik yang terus merangkak naik. Selain itu, banyaknya belimbing wuluh di sekitar rumahnya, juga menjadi salah satu alasan lainnya.
Listrik dari belimbing wuluh, saat ini sudah dinikmati oleh beberapa tetangga Sunarto. Salah satunya adalah Suprihatin. Rumah Suprihatin yang letaknya tepat di sebelah kiri rumah Sunarto ini, sudah dipasok listrik dari belimbing wuluh sejak Maret lalu.
“Waktu itu kan ada pengumuman ya, dasar tarif listrik akan naik. Tentu kami dari warga begini akan resah. Nah, ternyata dengan penemuannya pak Narto dapat membantu sekali, dapat meringankan beban khususnya bagi kami yang berada di pedesaan. Dan saya lihat juga, bahan bakunya kan mudah,” ujar Suprihatin.
Selain murah bahan bakunya, perawatannya pun juga gampang. Cukup memasukkan sari belimbing yang baru dijus ke masing-masing sel. Untuk sekali isi, listrik mampu bertahan hingga sebulan lamanya. Suprihatin sendiri, menggunakan listrik belimbing wuluh ini untuk lampu panjer, radio, dan jam dinding.
Jika seorang Sunarto saja sudah berupaya untuk mengatasi masalah kurangnya pasokan listrik yang terjadi di banyak tempat di nusantara ini? Bagaimana dengan pemerintah setempat? Jubir pemkab Magetan Saif Muchlisun mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan pengkajian terhadap produk Sunarto tersebut.
“Saat ini masih melakukan pengkajian, penelitian, juga pemanfaatan dari teknologi tepat guna tersebut. Apakah itu nanti bisa kita kembangkan lebih lanjut, syukur-syukur kalau nanti tetep kita bisa memanfaatkan penemuan yang penemuan dari warga asli Magetan itu. Untuk kita jadikan sebagai teknologi tepat guna, dalam rangka mengatasi kekurangan energi kita. Jadi ada salah satu solusi, tinggal sekarang mengembangkan.”
Listrik belimbing wuluh ini, memang sangat membantu. Namun, kemasan yang cukup banyak memakan tempat dan sulit untuk dibawa ke mana-mana, menjadi kelemahan yang perlu segera dicari solusinya. Seperti radio misalnya, Sunarto memerlukan 60 gelas atau 60 sel untuk bisa menyalakannya
Senang mendengar kemajuan pemikiran tentang energy alternatif. Coba deh lihat di www.gravitypower-generator.blogspot.com , di ssana ada keterangan dan tenaga gravitasi yg sudah bisa dirubah menjadi electrik dengan daya besar.
BalasHapus