Warga Desa Cinta Mekar, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, JawaBarat, membangun dan mengelola pembangkit listrik microhidro sebesar 120 kilowatt. Mereka memanfaatkan aliran sungai di kampungnya. Lebih dari dua ratus warga menikmati suasana terang di malam hari.sekaligus mendapat manfaat lain dari jualan listrik ke PLN.
Daerah yang sempat tercatat sebagai daerah tertinggal itu kini terang benderang di malam hari selama lebih dari empat tahun.Yang membanggakan, mereka bergerak secara swadaya membangun pembangkit listrik itu. Dengan memanfaatkan aliran sungai Ciasem, mereka membangun pembangkit tenaga listrik air kecil atau microhidro.
Dengan perangkat sederhana, air sungai dibendung dan dialirkan ke turbin, lantas dikembalikan lagi ke sungai. Teknik ramah lingkungan itu mampu menghasilkan listrik 120 kilowatt.
Menurut Yan Sophian, operator pembangkit listrik, desa ini dulunya terbelakang, terutama dari sisi pendidikan dan ekonomi. Tapi berkat usaha dua perusahan piranti hidro PT IBEKA dan PT HIP, proyek pembangkit listrik tingkat desa ini akhirnya terwujud. Dengan bantuan dana dari badan PBB yang mengurusi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasific (UNESCAP), pada 2003 proyek ini mulai dibangun. "Setelah rampung, dibangunlah koperasi guna menunjang operasional pembangkit itu," jelas Yan Sophian.
Yan Sophian menjelaskan, perlengkapan yang digunakan membangun pembangkit itu benar-benar produksi anak negeri. Alat sederhana itu mulai dari turbin penggerak dinamo, hingga travo yang berguna menaikkan daya agar sepadan dengan kebutuhan PLN. "Semuanya buatan Bandung," tutur Sophian.
Pasokan listrik dari proyek percontohan se Asia Pasific ini lantas dijual sepenuhnya ke PLN yang lantas mendistribusikan kembali kepada warga Desa Cinta Mekar.
Dari penjualan listrik ke PLN, koperasi bisa memperoleh dua hingga lima juta perbulan. Besar kecilnya penjualan listrik tergantung pada debit air sungai Ciasem. Pada musim kemarau, debit air mengecil yang berarti turun pula daya listri yang bisa dihasilkan pembangkit. Menurut Yuyun Yuningsih, pengurus Koperasi Mekar Sari, hasil penjualan listrik ke PLN ini dikembalikan lagi ke warga. Bentuknya bisa berupa bantuan pemasangan instalasi listrik, dana pendidikan, juga dana kesehatan. Untuk kesehatan, koperasi membantu Rp 100 ribu kepada warga yang melahirkan atau yang sedang sakit.
Microhidro Berpotensi Di Indonesia
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan dari potensi air yang tersebar di Indonesia bisa dihasilkan energi listrik sebesar 75 gigawatt. Dari angka itu, 10 persen di antaranya bisa dibangun pembangkit listrik tenaga microhidro. Sayangnya potensi energi air yang sangat besar itu belum dimanfaatkan maksimal, baru sekitar 5 persen saja. Padahal, energi yang dihasilkan air dengan pembangkit tenaga microhidro bisa dijadikan sumber energi alternatif pada masa depan. Tak butuh bahan bakar apa pun selain air yang mengalir. Teknologi pembangkit jenis ini pun sudah dikuasai sepenuhnya oleh orang-orang Indonesia.
Bukan itu saja kelebihan pembangkit listrik tenaga air. Menurut Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Ratna Ariati, pembangkit listrik tenaga microhidro juga ramah lingkungan, karena sama sekali tidak menghasilkan pencemaran atau menyebabkan pemanasan global.
Ratna Ariati mengklaim, pembangkit listrik baik tenaga micro hidro maupun pikohidro di Indonesia sudah memproduksi listrik sekitar 200 megawatt atau lebih dari 200 unit pembangkit. Sebagian di antaranya dikelola masyarakat, dan listrik yang dihasilkan bisa dijual ke PLN. "PLN wajib membeli listrik dari microhidro," tegasnya.
source:http://www.greenradio.fm/index.php?option=com_content&view=article&id=294:listrik-microhidro-di-desa-cinta-mekar&catid=87:hydro-energy&Itemid=171
Kamis, 18 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar