Kamis, 18 Juni 2009

Pentingnya Dukungan Untuk Energi Nabati

Kita pernah berangan angan, Tahun 2010 nanti, sebagian bahan bakar minyak akan dicampur etanol. Program bahan bakar nabati, gencar dikampanyeken Pemerintahan SBY. Kebijakan itu dipilih, untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi yang kian tipis cadangannya. Sekarang kita sudah jadi negara pengimpor minyak.

Tetapi niat dan pelaksanaan memang seringkali jauh panggang dari api. Beberapa inisiatif untuk mendirikan pabrik etanol, saat ini mandeg di tengah jalan. Bahkan yang sudah selesai dibangun, seperti pabrik pengilangan etanol milik Medco di Lampung, sekarang tak berproduksi karena berbagai sebab.

Sebab eksternal yang di luar kendali, antara lain adalah merosotnya harga minyak dunia. Dengan minyak mentah berkisar 40 dollar per barrel, memang sulit untuk mengembangkan bioetanol. Ongkos produksinya lebih tinggi dari harga jual. Para pelaku industri terbarukan ini, memperkirakan biofuel akan ekonomis kalau harga minyak mentah sekitar 80 dollar per barrel. Dan, di masa depan angka itu bukannya tak bisa terjadi. Karena minyak bumi pada dasarnya sudah menipis.

Tetapi di luar faktor harga minyak, persiapan internal kita juga tidak komprehensif. Tidak sungguh sungguh dan konsisten. Kilang etanol Medco di Lampung misalnya, kekurangan pasok singkong yang jadi bahan bakunya. Tanpa pasok yang reguler dan dalam jumlah cukup, pabrik etanol tak akan sanggup membuat kontrak dengan pembelinya. Padahal, bisnis biofuel seperti etanol itu, senantiasa dilakukan dengan kontrak jangka panjang.

Untuk mencukupi kebutuhan singkongnya, pabrik di Lampung itu perlu dukungan kebun singkong seluas 20 ribu hektar. Tetapi, sampai sekarang tak ada kebun pemasok itu. Beda dengan Brazil yang pemerintahnya aktif mendorong pertanian bahan bakar nabati, pemerintah kita hanya berhenti pada wacana. Kita sesungguhnya membutuhkan pemerintahan yang tangkas mengelola peluang. Selama pembukaan kebun singkong itu tidak membabat hutan alam, tetapi memakai lahan terlantar yang banyak tersedia, kita tak perlu ragu untuk memulai.

Sejauh bahan baku etanol itu dipilih dari tanaman yang tidak berebut dengan pangan manusia, kita tak perlu ragu mengembangkan biofuel. Untuk singkong, misalnya, perlu dikembangkan singkong karet yang umbinya besar besar, tapi tak dapat dikonsumsi manusia. Jarak pagar yang beracun, tapi mudah tumbuh di tempat gersang, juga dapat menjadi pilihan sumber bahan bakar nabati.

Untuk mewujudkan itu, perlu dukungan nyata dari pemerintah

source :http://www.greenradio.fm/index.php?option=com_content&view=article&id=270:pentinganya-dukungan-untuk-energi-nabati&catid=91:bio-energy&Itemid=171

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

google918401c9860b4077.html