Selasa, 07 Juni 2011

Nasib Biofuel Indonesia (bag.1)

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010, subsidi bahan bakar nabati dipatok maksimal 2000 perliter. Sehingga total subsidi BBN ditargetkan sebesar 1 milyar lebih. Adanya penaikan subsidi ini diharapkan mampu merangsang produsen kembali menjual bahan bakar nabati.

Namun Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, Aprobi menilai, pemerintah tidak bisa mematok subsidi bahan bakar nabati. Pasalnya kata Sekretaris Jendral Aprobi, Paulus Tjakrawana harga bahan baku BNN yaitu kelapa sawit juga tergantung dari harga CPO dunia yang selalu berubah-ubah. Karena itu menurut dia, pemerintah harus menyamakan besaran subsidi bahan bakar nabati dengan bahan bakar minyak.

“Sama perlakuannya dengan BBM. Kalau BBM yang sebagian besar impor itu 400 ribu barel kita impor bisa diperlakukan seperti itu kenapa produksi dalam negeri tidak bisa diperlakukan seperti itu? Saat ini semua berhenti pak. Hanya satu saja perusahaan yang masih bisa berproduksi. Tapi yang lain mencoba untuk ekspor tapi hanya satu atau dua,” papar Paulus Tjakrawana.

Padahal, seandainya industri bahan bakar nabati atau biofuel dikembangkan untuk keperluan konsumsi dalam negeri, maka pada tahun depan diprediksi bisa menyerap 3 sampai 5 juta tenaga kerja. Juga bisa mengurangi subsidi penggunaan BBM minimal 10 persen, menghemat devisa senilai 100 trilyun rupiah dan membudidayakan lahan 5 juta hektar.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Apindo Jimanto menilai pemerintah seharusnya menambah subsidi bahan bakar nabati lebih besar. Sehingga kata dia, besaran harga produk bahan bakar nabati bisa lebih murah ketimbang bahan bakar minyak. Dengan harga yang murah, kata Jimanto, para pengusaha pasti tertarik untuk beralih ke bahan bakar nabati. Saat ini, harga biosolar seribu rupiah lebih mahal dibandingkan harga solar.

“Kalau menurut saya, harga penyerahan terakhir harus lebih rendah dari BBM. Sehingga merangsang kami untuk memakai itu. Karena kan lebih ramah lingkungan. Sedangkan menjaga lingkungan ini kan jadi tanggungjawab kita bersama untuk memelihara dan menjaganya. Tidak ada salahnya kalau dalam APBN/APBD juga dipergunakan untuk lingkungan,” papar Jimanto. (bersambung)

Sumber: http://www.greenradio.fm/technology/energy/bio-energy/1471-nasib-biofuel-indonesia-bag1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

google918401c9860b4077.html